Aku yakin, kau pun pasti merindukanku. Tapi semua kini telah berbeda, Tuan.
Aku bukan lagi wanita ingusan yang cuma bisa mengharapkan belas kasihanmu
Kelak jika kita pernah bertemu lagi
Anggap tak mengenalku
Aku yakin, kau pun pasti merindukanku. Tapi semua kini telah berbeda, Tuan.
Aku bukan lagi wanita ingusan yang cuma bisa mengharapkan belas kasihanmu
Kelak jika kita pernah bertemu lagi
Anggap tak mengenalku
Aku sadar aku menghindarimu, Tuan
Kau sendiri paham betapa aku berusaha kejam padamu
Bukan karna benci
Kau selalu tau alasannya
Katamu sekarang kau bebas mencintaiku
Tapi aku tak berani, tidak akan pernah…
Entah apakah kita mengikhlaskannya atau tidak
Menginginkannya atau tidak
Menyadarinya atau tidak
Memikirkannya atau tidak
Berhati-hati atau tidak
Semua yang memang harus terjadi, akan tetap terjadi
Sangat mudah mencari kesalahan pada orang atau keadaan
Agar supaya kita bisa lari dari konsekuensi
Kita sadar menghindar pun percuma
Pilihannya hanya satu, menghadapinya dengan gagah berani, atau menghadapinya sebagai pengecut
Andai cinta menguatkannya, seperti yang dilakukannya pada orang lain
Sudah barang tentu ia tak akan pernah memilih untuk hidup sendiri
Tapi kenyataannya, setiap yang ia panggil cinta selalu senantiasa membuatnya lemah tak berdaya
Cinta mungkin saja menyenangkan
Mungkin saja melegakan memilikinya di akhir hari-hari yang penat dan menyesakkan
Tapi cinta tak serta-merta menambah kekuatannya
Yang terjadi justru sebaliknya
Sebabnya di malam sunyi terutama seperti saat ini, dengan wajah separuh terbenam di atas bantal yang basah oleh kesepian. Ia tak kuasa berbisik…
“Tuan… kumohon. Jangan kau pernah kembali lagi.”
-Hujan Bulan Juni-
Bagaimana caramu menyampaikan
Bahwa kau ingin terlepas dari belenggu yang menyiksa jiwa itu
Jika satu kata darinya saja sudah mampu menarikmu ke dalam dimensi waktu yang hanya ada dirinya seorang
Tuan, aku lelah…
Jangan menggangguku lagi.
Jadi tahun tahun yang lalu kembali
Dan mendadak aku sadar
Ternyata aku masih sama
Tak ada yang berubah
Tak perduli sekeras apa aku ingin
Ternyata aku masih sama
Sesungguhnya Langit selalu menunjukkan betapa tingginya ia
Alasan kita tak pernah mendengarnya mengucapkan hal tersebut
Adalah karena Langit tidak bicara dengan bahasa manusia
Kenyataannya Langit senantiasa mengingatkan betapa tinggi dirinya
Ia buktikan dengan rintik dan rinai hujan
Ia tetapkan bersama bisikan angin yang bertalu-talu
Alasan kita tak menyadarinya mungkin karena kita tak peka
Atau memang tak ingin belajar untuk pernah benar-benar mendengarkan
Aku seharusnya tidak merindukanmu malam ini
Tapi rindu menelusup dalam hati, sekali saja mengetuk dadaku dan mendadak seluruh pikiranku diisi oleh namamu
Setiap celah hatiku terus membayang wajahmu
Lalu tangan dan bibirku kembali mengingat rasamu
Begitu saja…
Aku tak percaya dengan kata orang bahwa cinta sejati tidak memudar
Yakin dan percaya bukan cinta yang membuat pasangan tua bertahan dalam susah senangnya hidup bersama
Tapi karena rasa terbiasa
Terbiasa hidup bersama
Terbiasa bercanda berdua
Terbiasa bertengkar lalu berbaikan
Terbiasa ada satu dan yang lainnya
Tapi cinta tidak abadi
Dia sama seperti rasa suka yang ringkih
Yang hangatnya hanya seperti sekelebat asap rokok mengepul memerih di mata
…tidak lebih dari itu
In the middle of the storm.
I do not run from it.
I do not fight it.
I root myself into the earth.
I close my eyes and breath.
And when my soul is ready, i’m approach.
– Gerry Blue –
Kuharap semoga, kau tak perlu melihat dirinya yang sebenarnya
Betapa ia kecewa, marah dan sedih
Betapa ia ingin meminta lebih namun menahan lidahnya untuk berucap
Betapa ia berharap kau bisa menjadi sesuatu yang lain
Mungkin dia sudah terlalu terbiasa dengan yang namanya perpisahan
Sampai-sampai ketika seseorang akhirnya memutuskan untuk tinggal
Ia justru bingung menghadapinya
Malah mencari cara bagus untuk mengusir pergi tamu tak diundang tersebut
Aku hanya berharap Sayang…
Semoga kau menyadari betapa kau tengah merakit bom waktumu sendiri
Sehingga kau sadar dan menghentikan apapun yang kau lakukan sekarang
Berhenti dan lihatlah, betapa ia mencintaimu dan berusaha menerima dirimu sebagaimana kau ingin diterima
Kalau semua yang mampu ia berikan tak cukup memuaskan bagimu
Lalu mengapa kau masih tinggal disisi?
Bukankah kau semestinya menengok ke belakang
Betapa kau menyumbat antrian.
Sebenarnya tak masalah,
Entah mau melangkah sejauh apapun,
Atau mau pergi selama apapun
Asalkan tetap ingat untuk selalu kembali
Walau hanya sekedar untuk menyapa singkat
Karena kadang-kadang, memang…
Yang dipertemukan tidak selalu untuk dipersatukan.
Masalahnya adalah…
Kau bilang, kau lelah jatuh cinta.
Tapi kau selalu kembali jatuh cinta.
Untuk alasan yang sama.
Alasan yang sama yang membuatmu jatuh cinta itu, Tuan.
Akan kembali menjadi alasan yang sama ia pergi.
View on Path
View on Path